Sabtu, 27 Oktober 2012

BERMADZHAB


A. Pengertian Madzhab dan Bermadzhab
(bahasa Arab: بهذم, madzhab) adalah istilah dari bahasa Arab, yang berarti jalan yang dilalui dan dilewati, sesuatu yang menjadi tujuan seseorang baik konkrit maupun abstrak. Sesuatu dikatakan mazhab bagi seseorang jika cara atau jalan tersebut menjadi ciri khasnya. Menurut para ulama dan ahli agama Islam, yang dinamakan mazhab adalah metode (manhaj) yang dibentuk setelah melalui pemikiran dan penelitian, kemudian orang yang menjalaninya menjadikannya sebagai pedoman yang jelas batasan-batasannya, bagian-bagiannya, dibangun di atas prinsip-prinsip dan kaidah-kaidah

Rabu, 24 Oktober 2012

Qurban Dalam Bingkai Tasawwuf



Semua ibadah bertujuan menjadikan seorang hamba menjadi BERSERAH DIRI Seperti halnya juga dengan Qurban, didalamnya adalah bentuk perserahan diri kepada Alloh SWT.

Rabu, 15 Agustus 2012

SILATURAHMI DALAM BINGKAI MUDIK

Ada beberapa orang yang berpendapat, mudik lebih banyak berbau mubadzir, kesan akan pamer kekayaan di kampung halaman, ada juga yang berpendapat bahwa mudik adalah tradisi yang kliru dalam merayakan idul fitri. Tentu saja setiap orang berhak mengemukakan pendapatnya, tapi bagi sebagian besar masyarakat Indonesia, mudik adalah sebuah sarana ibadah dalam bentuk Silaturahmi

Minggu, 12 Agustus 2012

Bagaimana Ber Istikharah??

Shalat Istikharah
Apabila seorang muslim dihadapkan dengan suatu pilihan atau bertekad untuk melakukan suatu urusan maka hendaklah memohon kepada Allah agar ditunjukkan kepadanya pilihan yang tepat dan baik untuk agama, dunia dan akhiratnya. Karena Allah lah yang menciptakan kita dan segala yang ada di langit dan di bumi, maka sudah pasti Dia mengetahui mana yang baik dan mana yang buruk. Mengetahui hal ghaib dan apa-apa yang telah terjadi dan akan terjadi pada diri kita.

Jumat, 10 Agustus 2012

Puasa Sebagai Sarana Menuju Allah

 “Bagi orang yang berpuasa ada dua kegembiraan, yaitu kegembiraan ketika berbuka dan kegembiraan ketika bertemu dengan Tuhannya”. (HR Bukhari)
‘Suatu hari Nabi saw. mendengar seorang wanita tengah mencaci-maki hamba sahayanya, padahal ia sedang berpuasa. Nabi saw. Segera memanggilnya. Lalu beliau menyuguhkan makanan seraya berkata, “Makanlah hidangan ini!” Keruan saja, wanita itu menjawab, “Ya Rasulullah, aku sedang berpuasa.” Nabi saw. Berkata dengan nada heran, “Bagaimana mungkin engkau berpuasa sambil mencaci-maki hamba sahayamu? Sesungguhnya Allah menjadikan puasa sebagai penghalang (hijab) bagi seseorang dari segala kekejian ucapan maupun perbuatan. Betapa sedikitnya orang yang berpuasa dan betapa banyaknya orang yang lapar”. ( HR Bukhari)

Rabu, 08 Agustus 2012

Islam dan Hidup Sederhana

Sederhana adalah kata sifat yang bermakna “bersahaja” atau “tidak berlebih-lebihan”. Orang yang hidup sederhana adalah orang yang hidup dengan bersahaja dan tidak berlebih-lebihan. Ketika kekurangan, orang yang sederhana tidak akan menghalalkan segala cara, termasuk menyusahkan dirinya, untuk memperoleh harta agar dihormati oleh orang lain. Begitu pula, ketika mempunyai harta lebih, orang sederhana tidak akan tergoda untuk bermewah-mewahan, menumpuk hartanya di rumah sendiri, tidak pula memanjakan diri dengan segala fasilitas serba lux.

Selasa, 07 Agustus 2012

Ayat Yang Turun Pertama dan Terakhir


Ungkapan bahwa Rasulullah SAW menerima Qur`an yang diturunkan kepadanya itu mengesankan suatu kekuatan yang dipegang seseorang dalam menggambarkan segala yang turun dari tempat yang lebih tinggi. Hal itu karena tingginya kedudukan Qur`an dan agungnya ajaran-ajarannya yang dapat mengubah perjalanan hidup manusia, menghbungka langit dan bumi, dan dunia dengan akhirat. Pengetahuan mengenai sejarah perundang-undangan Islam dari sumber pertama- dan pokok-yaitu Qu`an- akan memverikan kepada kita gambaran mengenai pentahapan hukum dan penyesuaiannya denga keadaan tempat hukum itu diturunkan, tanpa adanya kontradiksi antara yang lalu dengan yang akan datang. Hal demikian memerlukan pembahasan mengenai apa yang pertama kali turun dan yang dan apa yang terakhir kali. Demikian pula pembicaraan mengenai apa yang pertama kali dan terakhir kali turun itu memerlukan pembahasan mengenai segala peundang-undangan ajaran-ajaran Islam, seperti makanan, minuman, peperangan, dan lain sebagainya.
Dalam hal apa yang pertama kali diturunkan dan apa yang terakhir kali, para ulama mempunyai banyak pendapat, yang akan kami ringkaskan dan pertimbangkan didalam pembahasan berikut ini.

Nabi SAW Memperbolehkan Berbuat Bid’ah Hasanah


Nabi saw memperbolehkan kita melakukan Bid’ah hasanah selama hal itu baik dan tidak menentang syariah, sebagaimana sabda beliau saw :
مَنْ سَنَّ فِي اْلاِسْلامِ سُنَّةً حَسَنَةً فَلَهُ أَجْرُهَا وَأَجْرُ مَنْ عَمِلَ بِهَا بَعْدَهُ مِنْ غَيْرِ أَنْ يَنْقُصَ مِنْ أُجُورِهِمْ شَيْءٌ وَمَنْ سَنَّ فِي الْإِسْلَامِ سُنَّةً سَيِّئَةً كَانَ عَلَيْهِ وِزْرُهَا وَوِزْرُ مَنْ عَمِلَ بِهَا مِنْ بَعْدِهِ مِنْ غَيْرِ أَنْ يَنْقُصَ مِنْ أَوْزَارِهِمْ شَيْءٌ

Tingkatan Puasa

“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa,” (QS al-baqarah [2]: 183).
Puasa, secara etimologi (pengertian kebahasaan) berasal dari kata “shâma-yashûmu-shauman/shiyâman” yang artinya adalah “menahan, mengekang atau mengendalikan”. Kata menahan atau mengekang disini berarti “al-imsâk ‘anil mufthirât” yakni menahan diri dari hal-hal yang dapat membatalkan puasa seperti makan, minum, melakukan hubungan suami isteri di siang hari dan lain sebagainya.

Senin, 06 Agustus 2012

Karakteristik Pelaku Shalat (Mushalli)

Sebelum berbicara mengenai karakteristik mushalli yang disebutkan di dalam al Qur’an, sebaiknya kita melihat terlebih dahulu term yang digunakan al Qur’an dalam menyebutkan orang yang shalat dan term yang menunjukkan perintah shalat.
Di dalam al Qur’an akan ditemukan –setidaknya- dua term atau ungkapan yang terkait dengan shalat. Pertama, ketika al Qur’an memerintahkan shalat atau memuji orang yang melakukan shalat, hampir semua ungkapan itu disertai dengan kata iqamah “mendirikan” atau kata-kata yang terbentuk darinya. 

Terjemahan Kitab Ta'limul Muta'allim


Mushanif : Al  ’alamah Syaikh Burhanuddin Az zanurji
Mukaddimah
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ
Dengan menyebut asma Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
الحمد لله الذى فضل على بنى آدم بالعلم والعمل على جميع العالم، والصلاة والسلام على محمد سيد العرب والعجم، وعلى آله وأصحابه ينابيع العلوم والحكم.
Segala puji bagi Allah yang telah mengangkat harkat derajat manusia dengan ilmu dan amal, atas seluruh alam. Salawat dan Salam semoga terlimpah atas Nabi Muhammad, pemimpin seluruh umat manusia, dan semoga pula tercurah atas keluarga dan para sahabatnya yang menjadi sumber ilmu dan hikmah.
وبعد…فلما رأيت كثيرا من طلاب العلم فى زماننا يجدون إلى العلم ولايصلون [ومن منافعه وثمراته ـ وهى العمل به والنشر ـ يحرمون] لما أنهم أخطأوا طريقه وتركوا شرائطه، وكل من أخطأ الطريق ضل، ولاينال المقصود قل أو جل، فأردت وأحببت أن أبين لهم طريق التعلم على ما رأيت فى الكتب وسمعت من أساتيذى أولى العلم والحكم، رجاء الدعاء لى من الراغبين فيه، المخلصين، بالفوز والخلاص فى يوم الدين، بعد ما استخرت الله تعالى فيه،

Minggu, 05 Agustus 2012

CABANG-CABANG IMAN (RINGKASAN KITAB SYU'ABUL IMAN)


DALIL

Dalam sabda nabi Muhammad SAW diriwayatkan oleh muslim dan Abi Hurairah r.a

الإِيْمَانُ بِضْعٌ وَسَبْعُوْنَ، أَوْبِضْعٌ وَسِتُّوْنَ شُعْبَةً، فَأَفْضَلُهَا قَوْلُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ، وَأَدْنَاهَا إِمَاطَةُ الأَذَى عَنِ الطَّرِيْقِ، وَالْحَيَاءُ شُعْبَةٌ مِنَ الإِيْمَانِ

" iman itu tujuh puluh tujuh lebih cabang-cabangnya , yang paling utama adalah mengucapkan kalimat LAILAHAILLALLAH dan paling kurang menyingkirkan apa yang akan menghalangi orang dari jalan . dan malu itu salah satu cabang dari iman "

Bima Suci


Cerita wayang Dewa Ruci cukup populer dikalangan penggemar wayang di Indonesia.Adalah fakta gamblang, orang Jawa tradisional sangat menghargai dan tetap melestarikan wayang sebagai seni adiluhung warisan leluhur. Sampai kini, pagelaran wayang kulit tetap diminati oleh banyak penonton. Wayang sangat merasuk dihati, selain dinikmati sebagai tontonan klasik yang menarik, juga memberi tuntunan sikap dan pandangan hidup yang mengedepankan nilai-nilai kebenaran.